Jumat, 11 Maret 2016

MANUSIA DAN KESUSASTRAAN



Manusia dan kesusastraan memiliki hubungan yang saling mengisi. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling sempurna yang diberi akal dan pikiran untuk berhubungan dengan sekitarnya. Untuk saling berinteraksi dengan sesama, manusia membutuhkan suatu alat komunikasi, yaitu bahasa.

Dengan menggunakan bahasa juga, sesama manusia bisa saling bertukar informasi. Sebagai makhluk hidup yang mempunyai akal dan pikiran, manusia dapat berfikir mana yang baik dan mana yang buruk, dan juga dapat memperkaya ilmu pengetahuan.

Di dalam sastra, manusia juga berperan penting dalam membudayakan sebuah bahasa, dan tidak hanya bahasa saja, tapi sastra lain seperti drama dan teater. Diperlukan keahlian yang khusus untuk dapat memainkan peran yang baik menggunakan bahasa yang baik pula. Sastra juga termasuk seni yang bisa dikembangkan dengan baik oleh manusia yang berkreatif. Tanpa adanya manusia, sastra pun tidak akan pernah muncul, karena sastra berakar dari kepribadian seorang manusia itu sendiri.

·         Sastra adalah seni berbahasa.

·         Sastra adalah ungkapan spontan dari perasaan yang mendalam.

·         Sastra adalah ekspresi pikiran (pandangan, ide, perasaan, pemikiran) dalam bahasa.

·         Sastra adalah sebuah inspirasi kehidupan yang dimateraikan dalam bentuk keindahan.

·         Sastra adalah buku-buku yang memuat perasaan kemanusiaan yang mendalam dan kebenara moral dengan sentuhan kesucian, keluasan pandangan, dan bentuk yang memesona.

·         Sastra adalah ungkapan pribadi manusia berupa pengalaman, pemikiran, perasaan, ide, semangat, keyakinan dalam suatu bentuk gambaran kongkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa.

Kesusastraan (prosa dan puisi) sesungguhnya terkait dengan seluruh aspek kehidupan. Hanya saja karena pemaparannya menempuh lajur rekaan imajinasi, sehingga nampak semu. Tapi dalam kesemuannya itu, sastra merefleksikan fenomena hidup beragam dengan mendalam, mengikuti cipta-rasa-karsa penulisnya.

Untuk itu memang diperlukan kesiapan: apresiasi, interpretasi dan analisis, sehingga dunia rekaan didalam sastra jelas kaitannya dengan seluruh aspek kehidupan. Kritik sebagai perangkat penting yang sesungguhnya berfungsi menunjukkan arti kehadiran sastra.

Istilah prosa banyak padananya. Terkadang disebut narrative fiction, prose fiction, atau hanya fiction saja. Dalam bahasa Indonesia, istilah tadi sering diterjemahkan menjadi cerita rekaan yang dihasilkan oleh daya imajinasi. Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, atau novel, atau cerita pendek.

Dalam kesusastraan Indonesia, kita mengenal jenis prosa baru dan prosa lama. Dimana prosa baru meliputi cerita pendek, novel, biografi, kisah, dan otobiografi, sedangkan prosa lama meliputi dogeng, hikayat, sejarah, epos, dan cerita pelipur lara.

Adapun nilai-nilai yang dapat diperoleh pembaca lewat sastra antara lain :

1.     Prosa fiksi memberikan kesenangan.
2.    Prosa fiksi memberikan informasi.
3.    Prosa fiksi memberikan warisan cultural.
4.    Prosa fiksi memberikan keseimbangan wawasan.

Berkenaan dengan moral, karya sastra dapat dibagi menjadi dua; Karya sastra yang menyuarakan aspirasi jamannya, dan karya sastra yang menyuarakan gejolak jamannya. Ada juga yang tentunya  menyuarakan keduanya. Kedua macam karya sastra ini selalu menyampaikan masalah.

Masalah disampaikan dengan jalan menyajikan interaksi tokoh-tokohnya. Masing-masing tokoh mempunyai tempramen, pendirian, dan kemauan yang berbeda-beda. Perbedaan ini menimbulkan konflik, yang dapat terjadi baik dalam diri tokoh sendiri maupun diantara tokoh satu dengan tokoh lainnya.

      Puisi termasuk seni sastra, sedangkan sastra bagian dari kesenian, dan kesenian cabang dari kebudayaan. Kalau diberi batasan, maka puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang artistik/estetik, yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya.

Kepuitisan, keartistikan atau keestetikan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan figura bahasa, kata-kata yang ambigu, kata-kata berjiwa, kata-kata konotatif, dan pengulangan.



SUMBER :
Modul Konsepsi Ilmu Budaya Dasar Dalam Kesusastraan


Tidak ada komentar:

Posting Komentar